A Journey to #YessyHaristWedding: Wedding Mood Board

Buat beberapa pasangan, persiapan pernikahan dilakukan jauh-jauh hari dengan pembagian pekerjaan yang berimbang diantara keduanya, simply supaya semua hal yang dirasa menjadi bagian pernikahan bisa kehandle dan tidak ada satu hal pun yang missed. Tapi, untuk yang menjalani LDR kaya aku, yang ketemunya dua bulan sekali dengan jatah cuti hanya 14 hari, itu pun masih dibagi seminggu di Malang sama seminggu di Bandung, kayanya cukup sulit untuk membagi job desk ya. Daripada ribut ngurusin pembagian tugas (ya walaupun di awal sering banget drama tentang malesnya ngurusin pernikahan sendiri, ke pameran wedding sendiri, sampe mogok ga mau test food) sudah aku lakukan semua haha, tapi ujung-ujungnya ya kumaha deui.. Tetep harus dilakukan walaupun hujan, badai, hoream, ga ada bensin, ga ada temen, karena kalo kebiasaan nge skip jadwal ketemu vendor ato cuma sekedar survey, kesana-sananya bakal molor dan bakal lebih ribet ke akunya sendiri.

Aku tunangan sama Mas Harist pertengahan tahun 2013, menentukan tanggal pernikahan di awal 2014, dan memulai semua persiapan pernikahan di pertengahan 2014. Cenderung sedikit lebay ya persiapannya, padahal dibalik semua itu ada maksud tersendiri sih kenapa aku harus nunggu sampe dua tahun untuk hari H, kenapa harus lama, ya hanya kita sama keluarga besar kita yang memahami, yang ga memahami biasanya cuma nyeletuk 'lama banget ci persiapannya' hihi tapi gapapa, yang penting niatnya kita mah tetep pengen bikin acara yang ga wah tapi berkesan, untuk keluarga besar kita, temen-temen, rekan kerja, kolega papah, mamah, tetangga, pokonya semuanya merasa seneng dateng ke nikahan kita ntar.

Nah, banyak cara yang aku lakukan supaya persiapan yang lebih banyak dipersiapkan sendiri ini bisa berjalan sesuai jadwal. Salah satunya, aku bikin personal wedding mood board yang isinya segala macem mulai A-Z tentang pernikahan aku. Ukurannya hampir seperti A3 tapi lebih ke persegi panjang, bahannya juga cuma dari karton putih biasa. Nah, dari karton putih biasa itulah, aku nempelin, nulis, corat coret segala macem inspirasi, harapan, sampai kenyataan yang berhubungan dengan pernikahan aku. Ada gambar tentang riasan wajah yang aku pengenin pas resepsi, model baju akad, bentuk cincin nikah idaman (ya walaupun ujung-ujungnya ga bikin yang seperti itu juga), nama-nama vendor yang bakal dipake (fix ataupun ga fix juga gapapa, tulis aja) sampe curhatan tentang vendor yang ga jadi diambil. Semuanya ada di mood board itu dan aku tempel di tempat strategis di kamar dengan harapan tiap ngeliat dia, semangat untuk ngurusin persiapan ada lagi dan lagi hihi.

My wedding mood board theme: Islamic Minang
Selain wedding mood board, aku juga punya buku khusus yang sengaja disiapkan untuk mencatat list-list barang yang diperlukan dari pengajian, malam bainai, akad resepsi, dsb. Di buku itu juga aku tulis semua pengeluaran terkait pernikahan, dari bayar DP sampe hal kecil kaya beli bros kebaya untuk Mamah dan Mamah Mertua aku. Jadi, bisa keliatan seberapa besar pengeluaran yang udah dikeluarkan hingga detik ini. Tujuan nulis budget itu sebenernya bukan untuk meminimalisir pengeluaran karena dari awal aku udah set berapa budget yang dikeluarkan untuk pernikahan ini, pait-paitnya lah. Jadi, budgeting itu bisa sebagai history kita kalo-kalo kelimpungan nentuin apa aja yang udah dibeli atau belum.

Catat semua hal, in case you'll need a budget review in the end
Jadi, para CPW dan CPP di luar sana, mengurus pernikahan itu sangat menyenangkan walau terkadang menyebalkan dan penuh drama sana-sini. Tapi aku percaya satu hal, I can make a perfect wedding as long as I commit with the preparation itself. At least, walaupun di hari H ada yang missed atau tidak sesuai rencana, seenggaknya aku bisa senyum dan bangga sama diri sendiri kalo pernikahan ini adalah dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Selamat merencanakan pernikahan!

You Might Also Like

0 comments