My DIY pompom to decorate the seserahan boxes

Hi! It's getting near to my wedding day (D-79) and I'm so happy to finally publish this post! Alasannya adalaah, aku bakal cerita tentang gimana serunya menyiapkan kotak seserahan dan menghiasnya sendiri dengan konsep DIY Project! Oya postingan ini hanya bakal cerita tentang proses hunting kotak hingga dekor ya, untung proses mencicil isi kotak yaitu tiada lain tiada bukan adalah belanja dengan calon suami bakal aku posting di lain waktu. So let's get started!

Senin, 9 Februari 2015
Setelah beberapa minggu stalking akun IG yang isinya nerima jasa dekor seserahan, kepoin design seserahan punya orang, dan nanya ke salah satu vendor yang nerima jasa dekor seserahan, aku sampai di keputusan akhir kalo seserahan nikah bakal dihias sendiri! Jadi, berangkatlah aku sama Fika, my very best best friend and my number one bridesmaid, ke daerah Cibadak, Bandung untuk beli kotak seserahannya dulu. Gak butuh waktu lama, aku akhirnya nemu toko yg jual kotak dengan design emas dengan tutup mika berbagai ukuran. Sempat bingung antara milih warna silver, emas, ato merah, aku akhirnya beli yg emas karena warnanya cantik, sesuai dengan tema malam Bainai aku yaitu emas, dan satu-satunya warna yang ready stock. Untuk harga, variatif. Untuk kotak besar dijual satuan dengan harga Rp.55.000/kotak dan aku beli 3 buah. Untuk yang lebih kecil, dijual dengan bentuk satu set isinya 4 buah dengan ukuran medium-small dengan harga 150.000/set. Setelah ditotal, mbak nya ngasih diskon jadi yang besar dihitung Rp 52.500/kotak dan yang se set jadi Rp 135.00/set. Silahkan dihitung sendiri totalnya hihi. Tapi yang jelas ga sampe 300ribu, dan alhamdulillah sesuai budget. Oya, disana juga jual berbagai macam bentuk kotak, tutup kaca, mika, yang bentuk biasa, sangkar burung, dan kalo ga ada bisa pesan. Alamatnya? Lupa haha. Nanti akan saya update kalo ketemu nota pembeliannya ya.

Pita emas sedang untuk dekor kotak

Selasa, 10 Februari 2015
Mumpung semangat ngedekor masih menggebu-gebu, aku langsung ke toko buku buat beli perintilan dekorasi kaya pita emas besar, sedang, kecil, kertas krep macem-macem warna, kalo ditotal ga sampe 60rb.Di deket rumah juga ada toko kain namanya Shalimar (thank's God Margahayu begitu komplit) dan aku beli bahan tile keras yang permeternya 20rb terus beli bahan satin warna merah beli 1,5 m. Kedua bahan ini aku gunain sebagai alas di kotak seserahan supaya cantik. Total belanja di toko kain hanya 45rb saja.

Pita emas besar @45rb/gulung

Perintilan lainnya

Rabu, 11 Februari 2015
Saatnya eksekusi! Semua kotak dibersihkan dari debu (di lap aja) dan semua perintilan disiapkan. Jangan lupa siapkan alat perang lainnya: gunting, steples, cutter, double tape, lem tembak, tali rafia, selotip, dan barang-barang kerajinan tangan lainnya yang sangat memungkinkan digunakan. Setelah semua bahan siap, aku beruntung banget hidup di zaman serba canggih, dimana tutorial bersebaran gratis di internet. Untuk membuat pom pom dekorasi, aku terinspirasi dari akun IG [at]diy[dot]id yang rajin bagi-bagi ilmu tentang DIY project. Thanks a lot untuk adminnya! Nah untuk bagian dalam kotak, aku berkreasi sesuai imajinasi saja sambil liat-liat contoh di Google. Ini ga ada patokannya kaya gimana, yang penting setiap kotak isinya proporsional dan komposisinya pas. You can create your own style :)

TADAAA! Ini beberapa sneak peak hasil ngedekor kotak seserahan ala-ala calon manten yang kesenengan dekor-dekor. Foto komplit kotak seserahan yang sudah dihias belum aku publish yaa, menunggu saat yang tepat aja supaya momennya pas, hihi. Selamat berkreasi, para calon manten!

Inspired by [at]diy[dot]id

Gunakan lem tembak untuk menyatukan pompom dan pita

Foto nya sekilas aja ya, nanti akan ada saatmya dipublish hihi!

Let's start the journey together!

"Nanti kalau sudah nikah, rencananya mau tinggal dimana, Cy?"

Aku sama Harist bengong. Baru aja tunangan, udah ditanya mau tinggal dimana. Boro-boro rumah, biaya buat nikah aja masih ngumpulin dan parahnya aku baru resign plus balik jadi mahasiswi lagi with no job at all. Pertanyaan Papah diatas bikin kita berdua melek, kalo mau nikah ya butuh banyak persiapan, selain persiapan buat acara akad dan resepsi. Lebih jauh dan lebih essential lagi, hunian masa depan.

Berangkat dari pertanyaan diatas, mulailah proses hunting rumah idaman kita berdua dimulai. Officially. Yaa seperti layaknya calon suami-istri lainnya, kita berdua memulai dengan rajin-rajin buka toko bagus dot com, berniaga, rumahku dot com, dan website-website lainnya. Kalo lagi sempat, aku sama Mas Harist ngider berduaan muterin daerah yang banyak cluster baru, komplek baru, town house yang baru mau launching, sampe maksa dateng ke pameran properti yang isinya ternyata jualan properti di area gunung semua haha. Kalo mau diinget-inget, masa kaya begitu juga masa banyak drama, ga kalah lah sama persiapan nikah. Drama dimulai dari ekpektasi awal yang pengen banget dapetin rumah di pusat kota, dengan harapan kalo mau ke mall ato ke tempat begaol gitu ga perlu perjalanan jauh melewati Soekarno-Hatta yang belum apa-apa udah macet sejam. Terus, pengen  rumah ala Korea yang walaupun kecil tapi banyak bukaan jendela, langit-langit tinggi, interiornya lucu-lucu ala shabby chic yang nge hits banget, terus airnya ledeng. Harapan terakhir ini sih yang jadi harga mati, soalnya belum terbiasa hidup di lingkungan yang airnya bukan ledeng (sok banget sih) etapi beneran emang kalo air PDAM kan enak bisa sekalian buat masak haha.

Tapi, harapan sama ekspektasi yaaaa terkadang terbentur dengan keadaan, biaya, atau masalah klasikal lainnya kaya lokasi rumah, lingkungan sekitar, suasana kompleknya, mayoritas penduduknya, deket mesjid apa engga, dsb. Ujung-ujungnya, alhamdulillah dapet juga di Margahayu Raya, Subhanallah ya. Yaa walaupun dari awal sebenernya ga pengen disini berhubung dari lahir sampe mau nikah tinggal di daerah sini, jodoh rumah kita berdua ternyata ga jauh juga dari rumah Mamah Papah. Kalo jalan kaki sekitar 15 menit, kalo naik motor ato mobil ya bisa 5-10 menit. Sekali lagi, tetep banyak bersyukur karena walaupun udah nikah masih tetep bisa deket Mamah Papah.

Kecil, mungil, tapi semua dimulai dari awal bareng-bareng

La Maison Bleue itu artinya Rumah Biru. Kenapa biru? Karena cat awal rumah ini emang biru, tapi udah pudar, pas dicat ulang gatau kenapa aku milih warna biru langit supaya warnanya ceria, bikin yang liat bawaannya adem, walaupun biru bukan warna favorit aku, tapi biru merepresentasikan warna tenang, ceria, dan segar. Kenapa pake Bahasa Prancis? Karena pas deal rumah itu, aku lagi ambil kelas Prancis di kampus dan tergila-gila dengan aksen dan pronounciationnya bahasa Prancis haha.

Jangan bingung, Insya Allah cicilannya lunas ko sayang, hihi

La Maison Bleue, terima kasih sudah menjadi rumah awal kita berdua, tempat memulai awal cerita kita, tempat memulai kita belajar menjadi orang dewasa seutuhnya. Insya Allah, kedepannya bakal ada La Maison Bleue milik Harist dan Yessy lainnya yang lebih banyak, lebih berkah, lebih luas, amin...

Celebrating Mas Harist 25 birthday in our future bedroom hihi